Hampir dapat dipastikan, bahwa setiap kota di negara ini berkembang sesuai jamannya. Berbagai kenangan yang dulunya melekat, seakan hilang dari pandangan seiring berjalannya waktu. Demikian juga dengan Bogor, perubahan seperti berlari kencang meninggalkan segala kenangan tertinggal di belakang. Bagi yang sudah cukup lama meninggalkan kota ini, tentunya merasakan perubahan yang cukup signifikan di kota ini. Salah satu kenangan saya tertuju pada satu ruas
jalan utama di kota ini, jalan Padjajaran, tepatnya berada disekitar Rumah Sakit PMI. Mungkin bukan suatu yang istimewa bagi orang lain, tapi bagi saya, kenangan akan indahnya pemandangan bangunan di sepanjang jalan itu cukup menggelitik rongga memori.
jalan utama di kota ini, jalan Padjajaran, tepatnya berada disekitar Rumah Sakit PMI. Mungkin bukan suatu yang istimewa bagi orang lain, tapi bagi saya, kenangan akan indahnya pemandangan bangunan di sepanjang jalan itu cukup menggelitik rongga memori.
Bila keluar dari tol jagorawi kearah kanan, selepas tugu kujang , berada disebelah kanan, berdiri tegak Rumah Sakit PMI yang keberadaannya pun sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Setelah melewati PMI (demikian warga Bogor akrab menyebutnya), dahulu disana berjajar rumah-rumah bergaya kolonial Belanda yang setahu saya merupakan aset dari Kodam Siliwangi. Dahulu sekitar ada 5 rumah berjajar disana, dengan bentuk yang serupa. Namun dengan berjalannya waktu, saat ini hanya tersisa satu buah bangunan disana. Wisma Suryakancana, demikian saat ini namanya.
Bangunan yang masih mempertahankan arsitektur jaman dulu ini saat ini menjadi wisma bagi tamu dari kalangan militer. Dengan penambahan bangunan disisi belakang, membuat kapasitasnya pun otomatis bertambah. Saat saya berada disana, tampak beberapa pegawai yang juga merupakan anggota militer sedang melakukan pemeliharaan rutin dengan membersihkan setiap bagian wisma. Menurut Pak Hendi, sebut saja demikian, salah satu anggota yang diberi tugas sebagai pemelihara wisma ini, wisma ini memang khusus diperuntukkan bagi tamu dari kalangan militer yang sedang bertugas. "Ya daripada mereka harus membayar mahal untuk menginap di hotel kan ,mas," katanya lirih sambil melirik kearah hotel yang ada disekitar wisma. Beliau sendiri tidak paham, bagaimana ceritanya hingga sepanjang jalan ini berubah fungsi dan peruntukkannya. Menurut beliau, karena dulunya bangunan-bangunan ini adalah milik pemerintah Belanda, yang secara otomatis setelah kemerdekaan hak bangunan menjadi milik negara, sehingga surat-surat tanah serta bangunan ini sulit untuk ditemukan. Sehingga memungkinkan untuk terjadinya perpindahan tangan kepemilikan tanah. Sambil menarik nafas panjang beliau berkata, "yaahhh..mudah-mudahan wisma ini masih bisa berdiri terus ya mas.Sambil tersenyum, saya anggukkan kepala, tanpa menyetujui pemikirannya.
Berada disekitar Wisma Suryakancana seakan membawa angan kita terbang mundur beberapa tahun kebelakang. Suasana teduh serta asri dapat kita rasakan. Saya diberi ijin untuk memotret bangunan dari luar saja, karena kebetulan saat saya datang sedang ada tamu yang menginap disana. Itupun saya rasa sudah lebih dari cukup. Berhiaskan patung harimau dihalaman depan yang sekaligus menjadi lambang dari Kodam Siliwangi menambah wibawa dari bangunan ini. Berteduh di bawah bayang-bayang pohon beringin yang berdiri begitu kokoh, membuat bangunan ini terasa sangat sejuk.
Besar harapan saya, bangunan ini dapat terjaga bentuknya, bertahan dari godaan perkembangan jaman yang lebih menjanjikan pemasukan materi yang jauh lebih besar. Dan bagi saya, setiap melewati jalan didepannya, walau wisma ini terjepit diantara 3 hotel besar serta sebuah factory outlet, keberadaannya jauh lebih menarik mata saya untuk sekedar memandang keberadaannya, walau terhimpit, namun tidak mengurangi keelokan yang dia miliki. Berdiri kokoh, bertahan pada godaan perubahan jaman. (matabogor/adp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar