Kamis, 28 Mei 2015

Bangunan bekas..apa ya?

Entah kenapa saya begitu tertarik dengan bangunan ini. Entah berapa puluh,ratus bahkan mungkin ribuan kali saya melewati bangunan ini, dan selalu tidak pernah absen saya untuk memandangi deretan bangunan ini. Dan selalu saja pertanyaan muncul di benak saya, bekas apa ya ini ? Atau bahkan
mungkin masih dipergunakan?
Terletak sangat mencolok mata ditengah-tengah pertemuan antara ujung Jalan Sudirman, Jalan Pemuda dan Jalan Ahmad Yani, atau masyarakat Bogor lebih mengenal sebagai daerah Air Mancur. Konon dahulunya di area itu terdapat air mancur yang sering menjadi obyek bagi presiden pertama negara ini Bung Karno, yang memandang pancuran airnya dari arah Istana Bogor. Juga dahulunya disini terdapat Tugu Wittee Paal yang dibangun tahun 1839 atas perintah Gubernur Jendral Belanda saat itu D.J de Eerens, dengan maksud sebagai peringatan atas kembalinya Hindia Belanda ke tangan Belanda dari Inggris. Selain itu, tugu ini dimanfaatkan juga sebagai salah satu titik triangulasi di Pulau Jawa untuk pembuatan peta topografi. Antara Titik Triangulasi dengan Istana Bogor, merupakan poros Utara-Selatan. Dari sinilah asal muasal berbagai peta lahan pertanian Pulau Jawa dari jaman Kolonial Hindia Belanda. Tugu tersebut akhirnya diratakan dengan tanah pada 1964, saat itu banyak muncul ide untuk menghancurkan semua peninggalan yang berbau kolonialis. Tugu yang memiliki nilai histori tinggi ini terpaksa harus ikut diratakan. Di bekas tempat tugu inilah kemudian dibangun kolam berbentuk bulat lengkap dengan air mancurnya. Dan menurut cerita, saat Ratu Sirikit, ratu dari Muangthai (Thailand) melewati tempat ini dalam perjalanan dari Jakarta menuju Bogor, beliau meminta berhenti sejenak untuk menikmati keindahan air mancur ini, yang sayangnya sekarangpun sudah berubah bentuknya.
Saya harus kembali ke bangunan tadi..dan akhirnya saya beranikan diri untuk turun dan mengelilingi bangunan ini. Disalah satu bangunan tertuliskan tahun pembuatan, yaitu tahun 1922. Dan saya sekarang malah berpikir, bahwa bangunan ini dulunya sangat berhubungan dengan keberadaan air mancur tadi. Kebetulan saat itu pintu terbuka, saya beranikan diri untuk masuk dan saat itu ruangan sedang digunakan sebagai tempat penyimpanan barang bagi para pekerja yang sedang bertugas mendirikan sebuah taman disana. Dan benar saja, sepertinya bangunan ini merupakan bekas instalasi air entah masih terpakai atau tidak. Keberadaan pipa-pipa air serta ruang bawah tanah yang saya dengar dari pekerja masih ada disana. Kata Pak Eman, sebut saja demikian, seorang dari salah satu pekerja, ruang bawah tanah disana sangat gelap. Mereka mencoba untuk masuk, tapi mereka urungkan niat, karena takut. Mereka malah menawarkan saya untuk turun. Hmmm...mereka saja takut, apalagi saya. Sementara ini saya cukup puas dengan mencoba menyalakan senter melihat kebawah, dan hasilnya..tidak terlihat apa-apa. Sementara itu dibangunan sebelahnya yang terletak terpisah, masih jelas tertulis "Gardu bagi PLN". Saya coba untuk masuk, namun semua pintu dalam keadaan terkunci. Melihat kondisi kedua bangunan tadi, saya cukup senang dan puas, gedung terlihat terpelihara, dengan dikelilingi taman yang sangat tertata. Besar harapan saya supaya bangunan ini tetap bisa berdiri, tanpa perubahan bentuk, tidak mengalami nasib yang sama dengan tugu dan kolam air mancur yang semula.
Mungkin sekarang saya belum bisa menemui jawaban atas segala pertanyaan yang ada di kepala saya, namun saya sangat berharap, suatu saat nanti ada pihak yang bisa memuaskan rasa penasaran saya terhadap lokasi ini. Mungkin salah satu dari anda?
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar