Kamis, 28 Mei 2015

Prasasti Tapak Gajah

Berawal dari keinginan untuk berkunjung ke Prasasti Ciaruteun, saya susuri jalan menuju ke daerah Ciampea. Setelah melewati kampus IPB darmaga, mengikuti jalan menuju kearah leuwiliang, kita akan melihat suatu bukit batu yang berdiri gagah dipinggir jalan. Mengikuti petunjuk yang ada, keluar dari jalan raya, jalan semakin mengecil namun dalam kondisi jalan yang baik. Tak lama berselang, kemudian saya temukan lapangan parkir dengan
kondisi yang sangat terjaga. Setelah saya parkirkan kendaraan, saya langkahkan kami menuju sebuah cungkup yang letaknya hampir bersebelahan dengan lapangan parkir. Mengingat ini merupakan kunjungan saya pertama dan ketidaktahuan atas lokasi yang ada disekitar sini, saya cukup terkejut, yang berdiri tegak dihadapan saya ternyata bernama Prasasti Kebon Kopi I.

Tanpa memilih-milih, langsung saya mendekat kesana. Dan terpampang dihadapan saya, sebuah batu berukuran sedang berada ditengah-tengah bangunan. Setelah mengambil gambar, kemudian saya melihat ada seorang bapak yang mendekat dan kemudian menyapa. Pak Gandi, sebut saja demikian, merupakan penjaga dari lokasi ini. Merupakan pegawai dari Balai Pengembangan dan Pelestarian Purbakala Serang, dan beliau menyatakan bahwa dia membawahi 4 prasasti yang ada didaerah ini yang jaraknya berdekatan. Mata saya berbinar-binar mendengar ada 4 prasasti didaerah ini. Langsung saja tanpa malu-malu saya minta kesediaan beliau untuk menemani perjalanan saya hari ini.

Prasasti Kebon Kopi I ini yang banyak dikenal dengan nama Prasasi Tapak Gajah merupakan peninggalan kerajaan Tarumanagara. Diatas bidang datar batu tersebut terdapat sepasang tapak yang memang menyerupai tapak gajah, dan diantara keduanya terdapat tulisan berhuruf palawa dan bahasa sansekerta yang isinya, "Jaya vicalasya tarumendrasya hastinah Airavatabhasya vibhatidam padadvayam", yang memiliki arti "Disini nampak sepasang tak gajah yang seperti airawata, gajah penguasa Taruma yang agung, dalam dan bijaksana". Gajah Airawata sendiri dipercaya merupakan gajah tunggangan Dewa Indra.

Berada di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Bogor pada ketinggian 350 mdpl, prasasti ini ditemukan pada awal abad 19 ditengah-tengah perkebunan kopi saat itu, sehingga penamaannya pun menggunakan istilah kebon kopi. Dan letaknya pun masih sama dengan pada saat ditemukan. Penamaan Kebon Kopi I membuat penasaran saya, dan benar, menurut Pak Gandi, dulunya ditemukan juga prasasti lain tak jauh dari lokasi prasasti ini yang dinamakan Prasasti Kebon Kopi II. Namun sekitar tahun 1940-an, prasati itu hilang tak berbekas.Dan menurutnya prasasti tersebut sempat diterjemahkan oleh  seorang pakar bernama F. D. K. Bosch, yang sempat mempelajarinya. Konon prasati itu ditulis dalam bahasa melayu kuno, yang berisikan, "sabdakalanda rakryang juru pengambat I kawihaji panyaca pasagi marsandeca ~ berpulihkan hajiri Sunda", yang memiliki arti,
"Batu peringatan ini adalah ucapan Rakryan Juru Pangambat, pada tahun 458 Saka (932 Masehi), bahwa tatanan pemerintah dikembalikan kepada kekuasaan raja Sunda"


Dan masih menurut penuturan Pak Gandi, dia meyakini bahwa disekitar daerah ini masih terdapat banyak peninggalan, entah berupa prasasti ataupun sebaran batu yang bercorak megalitikum. Karena disepanjang kampung, banyak sekali ditemukan batuan berbagai bentuk yang memiliki ciri-ciri jaman megalitikum, ujarnya sambil menunjuk kearah hamparan perkebunan singkong yang terletak dibagian belakang parkiran. Juga keberadaan beberapa batu disekitar luar bangunan prasasti, yang bahkan ada yang berbentuk semacam pondasi bangunan rumah panggung. Menurutnya batuan berbentuk pondasi ini bertebaran cukup banyak di daerah ini, disekitar pemukiman penduduk.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar