informasi lokasi ini pertama saya dengar dari penjaga Mouseleum Van Motman. Menurut Pak Ucu, di area kampus IPB Dramaga masih terdapat rumah peristirahatan dari keluarga Van Motman yang sampai sekarang masih berdiri. Dari informasi itu, saya cari kebenarannya. Dan akhirnya dari informasi yang saya dapat dari beberapa teman, ternyata memang keberadaan bangunan itu masih ada. Tanpa ragu, akhirnya saya langkahkan kaki menuju lokasi disana.
Kawasan yang dikenal dengan nama Dramaga ini memang terkenal sejak IPB memindahkan aktivitas kuliah untuk S1 nya ke kawasan yang dulunya terletak cukup jauh dari pusat kota. Jadi memang bisa dikatakan, IPB lah yang membuat kawasan ini menjadi seperti sekarang, yang sudah begitu akrab dengan kemacetan. Menuju ke lokasi kita harus memasuki kawasan kampus melalu gerbang depannya. Menyusuri suasana kampus yang sangat asri, yang ditumbuhi dengan begitu banyak pepohonan, membuat angan melayang jauh, membayangkan bagaimana kawasan itu dulunya saat keluarga Van Motman masih menjadi penguasa atas daerah ini. Tidak membutuhkan waktu yang lama sejak masuk gerbang depan untuk sampai ke lokasi. Bertempat di jalan Tanjung no 4, rumah yang memiliki kisah begitu banyak ini masih berdiri kokoh. Berhalaman luas, dengan rumput tertata rapi, berbagai pohon serta bunga ikut menyemarakkan lokasi saat ini. Setelah ditanya satpam penjaga lokasi mengenai keperluan saya datang, saya dipersilahkan masuk. Sambil mengedarkan pandangan ke setiap sudut bangunan luar, jejak peninggalan khas bangunan tempo dulu segera terrpampang dihadapan mata. Kekaguman atas kualitas bangunan yang masih berdiri hingga detik ini segera menyeruak. Terutama berdasarkan cerita dari seorang kawan yang masa kecilnya dihabiskan di lingkungan kampus ini, dulunya bangunan ini begitu tidak terawat, teronggok begitu saja, dan malah beberapa anak sering menjadikan bangunan ini menjadi sasaran lemparan batu mereka. Sesampainya didalam, saya bertemu dengan Pak Nanang, sebut saja demikian. Beliau dipercaya oleh pihak IPB menjadi pengurus disini. Wisma tamu, demikian sebutan baru bagi bangunan ini. Menurut beliau, bangunan ini sekarang sudah menjelma menjadi wisma bagi mereka yang hendak menginap disini, ataupun penginapan bagi tamu-tamu dari pihak kampus. Tak jarang juga tempat ini disewa untuk keperluan lain, misalnya untuk keluarga para mahasiswa yang sedang datang untuk keperluan wisuda ataupun hendak mendaftar. Gedung ini sudah memperlihatkan geliatnya kembali dengan semakin ramai dikunjungi masyarakat.
Pak Nanang langsung menawarkan pada saya untuk berjalan berkeliling, dan langsung saya sambut hangat tawarannya itu. Gerrit Willem Casimir Van Motman lah yang mendirikan tempat ini menurutnya. Van Motman pertama yang menginjakkan kaki di bumi nusantara ini, yang kemudian menjelma menjadi tuan tanah perkebunan dari Dramaga sampai ke wilayah Jasinga. Dan menurutnya pada tahun 1958, keluarga Van Motman harus meninggalkan semua harta beenda mereka di negara ini, seiring dengan konflik antara Indonesia dengan Belanda yang masih ngotot mempertahankan status Irian Barat sebagai daerah jajahan mereka. Akhirnya perkebunan karet yang terdapat di wilayah dramaga ini diambil alih seluruhnya menjadi milik pemerintah yang kemudian diserahkan pada Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, yang sekarang menjadi IPB untuk mengelolanya.
Menurut Pak Nanang bangunan ini beberapa kali mengalami perubahan fungsi. Konon di tahun 60-an sempat menjadi asrama bagi para mahasiswa, juga pernah menjadi kantor Dekan maupun rumah dinas rektor IPB. Dan akhirnya setelah tahun 1996, bangunan ini akhirnya menjadi wisma tamu hingga sekarang. Perubahan besar yang dilakukan antara lain menambah pintu kaca di area depan bangunan ini, yang dulunya areal setalah pilar-pilar merupakan semacam teras bagi tempat tinggal keluarga Van Motmann. Dan yang menjadi ciri tempat ini adalah keberadaan sebuah lonceng yang terdapat pada tiang berukuran cukup tinggi. Lonceng ini dulunya digunakan sebagai tanda untuk mengumpulkan para pekerja karet pada saat itu.Pihak pengelola memang sengaja menjaga keaslian tempat ini walau tampak disana sini terdapat perbaikan, namun keaslian bangunan ini masih dipertahankan. Masih menurut Pak Nanang, keluarga Van Motman saat ini masih sering datang berkunjung ke lokasi ini untuk sekedar bernostalgia akan kebesaran nenek moyang meraka.
Berjalan ke area belakang bangunan ini pun masih menyisakan nuansa masa lalunya. Selain kebun yang ditumbuhi berbagai pohon, ada perumahan yang bentuknya masih dipertahankan, yang sekarang ditempati oleh para karyawan bagi kampus ini. Yang unik di bagian belakang ini, terdapat ruangan yang menyeberangi jalan yang melintas disamping kiri bangunan.
Tidak hanya di areal wisma tamu ini saja yang masih meninggalkan jejak masa kolonial dahulu, bangunan disebelah kanan juga diseberang bangunan inipun masih memperlihatkan, bahwa pada masa dahulu, tempat ini begitu hidup akan berbagai aktivitas, terutama aktifitas perkebunan yang menjadi komoditi utama dari tempat ini. Konon menurut pak Nanang, bangunan yang sekarang menjelma menjadi masjid, dahulunya merupakan pabrik karet, sementara bangunan disamping kanan landhuis ini yang sekarang menjadi semacam asrama atau tempat mahasiswa beraktivitas adalah gudang karet.
Tidak ada salahnya kita mendatangi lokasi ini, sekedar untuk melihat bangunan yang dulunya mempunyai kisah yang begitu luar biasa ini, atau mungkin ada yang ingin merasakan bermalam disini. Pak Nanang dengan senang hati akan menyambut kita disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar