Saat berjalan ke arah Cihideung, saya langsung teringat tempat ini. Setelah semua urusan selesai, saya putuskan untuk mampir, sekedar mengisi perut di siang hari. Salah satu peninggalan kuliner tradisional Bogor yang masih terjaga keberadaannya, ditengah gempuran berbagai masakan yang berasal dari daerah maupun negara lain, Laksa Bogor masih berdiri kokoh bertahan. Bahkan bila datang pada hari libur, kita akan dikejutkan dengan banyaknya yang datang
ketempat ini. Seperti halnya datang ke rumah sakit atau ke bank, tempat ini pun menerapkan nomor antrian saat pengunjung sedang menggila.
Laksa Pa Inin namanya, berlokasi di Desa Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, berjarak kira-kira 10 km dari Kota Bogor. Memang membutuhkan perjuangan tersendiri bila ingin menuju kesana. Dengan bertebarannya penjual laksa di Kota Bogor, lokasi tempat ini memang bisa dikatakan terpencil dari keramaian. Namun, saat pesanan kita datang dihadapan kita, aroma yang sangat menggoda akan segera menyerang masuk kedalam saluran pernafasan kita. Tidak akan kecewa dengan perjalanan yang lumayan panjang.
Perpaduan antara bihun, ketupat,tahu, telur rebus, oncom, daun kemangi yang kemudian diakhiri dengan siraman kuah santan, membuat masakan ini memiliki keunikan tersendiri. Tumpukan oncom yang sangat berwarna di tempat pikulannya pun sudah mengundang selera. Namun bagi yang tidak menyukai oncom sekalipun, percaya deh, semua bahan tercampur sempurna menjadi satu kesatuan pada saat kita memakannya. Rasa manis bercampur gurih ditambah wanginya aroma daun kemangi menambah keeksotikan makanan ini.
Beruntung saat datang kesana, kondisi bisa dikatakan sedang sepi, jadi saya bisa bebas memperhatikan serta mengabadikan mulai dari cara pembuatan maupun segala yang ada disekitarnya. Asap yang dihasilkan oleh kayu bakar terasa menambah semarak suasana disana, walau terkadang agak pedih di mata. Namun melihat asap mengepul yang tidak pernah berhenti dari panci tempat kuah laksa itu berasal, rasanya memang sudah tidak sabar untuk mencicipinya, mengalahkan rasa perih di mata serta bau asap kayu bakar.
Letak warung berukuran tidak terlalu besar yang terbuat dari bilik bambu ini memang bisa dikatakan agak sulit untuk diingat. Tanpa ada papan nama yang besar, warung ini berdiri seperti diatas gundukan tanah. Jadi jangan gas kendaraan anda terlalu dalam kalau tidak ingin kelewatan bila ingin datang ketempat ini, yang kemudian membutuhkan energi lebih untuk memutar balik, karena kondisi jalan disana tidaklah terlalu besar.
Laksa Bogor tetap hadir mewarnai kekayaan kuliner kota ini, tidak mempedulikan serbuan makanan yang berasal dari luar. Masih tetap berdiri, panci kuah santan masih tetap mengeluarkan asapnya, dan antrian para pecinta laksa masih akan terus datang ke tempat ini yang sudah dijalankan selama 3 generasi. Layak bagi yang berkunjung ke Bogor untuk datang ke tempat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar