Senin, 18 Februari 2013

bendungan katulampa

Di saat musim penghujan, nama bendungan ini senantiasa ramai dibicarakan. Bendungan Katulampa selalu menjadi berita utama, dan tak jarang pula beberapa stasiun tv dan media cetak mengirimkan crew mereka untuk meliput langsung dari sana. Dari bendungan ini pulalah dijadikan sebagai patokan bagi daerah Jakarta tentang bahaya banjir yang mungkin akan melanda bahkan tak jarang juga bendungan ini dijadikan kambing hitam bila banjir akhirnya melanda Jakarta.
Sejak banjir besar yang melanda Jakarta pada tahun 1872, pemerintahan Koolonial Belanda akhirnya memerintahkan untuk membangun sebuah bendungan, dengan maksud sebagai peringatan dini atas debit air dan juga untuk sebagai sarana irigasi bagi sekitar 5000 hektar lahan disekitar bendungan saat itu. Di kelurahan Katulampa inilah kemudian dipilih sebagai tempat pembangunan yang dimulai pada tahun 1889.

Bendungan ini akhirnya selesai dan mulai dioperasikan pada tahun 1911. Tapi seiring dengan habisnya lahan pertanian disekitar Bogor, Cibinong serta Jakarta, fungsi utama bendungan ini sebagai sarana irigasipun berangsur berakhir, sehingga saat ini bendungan ini hanyalah semata-mata sebagai semacam sirene peringatan dini terhadap bahaya banjir.
Sungai Ciliwung yang melewati bendungan ini, merupakan salah satu sungai yang membelah kota Bogor yang akhirnya bermuara di Teluk Jakarta.
Pada saat musim kemarau, debit air sungai ini bisa sangat rendah, sehingga disekitar bendungan ini pun banyak dimanfaatkan penduduk sekitar untuk mengambil batu. Dan airpun hanya mengalir hanya disekitar 1 atau 2 pintu air saja. Akan tetapi bila saat musim penghujan datang atau hujan besar melanda daerah puncak dan sekitarnya, air akan sangat deras memenuhi bendungan ini sampai semua pintu air pun penuh terisi. Dengan kemiringan sungai yang tampak setelah lewat bendungan ini, air pun terlihat begitu deras dengan warna kecoklatan.
Saat pertama kali datang kesini, bendungan ini sangat terlihat lengang dari pengunjung yang sengaja datang, hanya kendaraan roda 2 saja yang banyak lalu lalang, memanfaatkan jembatan kokoh yang berada tepat diatas pintu air bendungan katulampa ini. Akan tetapi saat ini bendungan ini senantiasa ramai dikunjungi warga. Bahkan saat saya datang, tampak oleh saya, orang tua dan 2 anaknya memanfaatkan bendungan ini untuk berekreasi. Bapak Rahmat, sebut saja demikian, saat saya tanya menjelaskan beliau sengaja membawa anak-anaknya kesini, untuk dapat melihat langsung bendungan katulampa yang katanya sering kedua anaknya menanyakan tentang keberadaan bendungan ini, karena begitu seringnya bendungan ini ada di media cetak maupun tv. "Sekalian belajar dan rekreasi bersama keluarga, dik" demikian tutur Pak Rahmat.
Bendungan yang dibangun pada masa Belanda ini senantiasa menerima serbuan debit air yang luar biasa besarnya. Sudah menjadi tanggung jawab kita serta pihak yang terkait untuk dapat menjaga kelangsungan bendungan ini, agar dapat tetap berdiri kokoh menopang air yang mungkin saja tidak bisa terkendali lagi, bila bendungan ini tidak ada lagi. Berlatar belakang keindahan Gunung Salak serta Gede pangrango, tempat inipun layak untuk dikunjungi sebagai sarana rekreasi serta edukasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar