musik jazz berpadu dengan suasana heritage dalam keharmonisan alam. Terdapat 3 panggung di acara ini, 2 panggung mengusung tema alam yang kuat dengan menunjukkan material berupa bambu yang sangat menyatu dengan suasana sekitar, dan satu panggung menggunakan teras dari salah satu penginapan yang ada di Kebun Raya Bogor. Tinggi panggung yang tidak lebih dari 60 cm, serta tidak adanya batasan penonton ke panggung juga membuat acara ini terasa sangat santai. Serta tidak adanya pengawalan terhadap para artis yang akan tampil, semakin memperlihatkan tidak adanya batas antara para artis dengan penonton. Bahkan selesai para artis turun panggung, sering kali mereka diminta untuk foto bersama dengan para penonton.
Pukul 12.00 siang pintu gerbang mulai dibuka. Melalui pintu 2 Kebun Raya Bogor yang berada tepat disebelah Kantor Pos besar, para pengunjung diajak berjalan berkeliling terlebih dahulu, antara lain melalui Taman Teysmann. Teysmann sendiri merupakan salah satu ahli biologi yang melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi di kebun raya ini dengan mengelompokkan menurut suku (familia)nya. Baru setelah itu pengunjung masuk ke area, dimana selain panggung juga terdapat beberapa makanan yang dijual disana. Beberapa makanan tradisional juga ada dinyemarakkan acara ini.
Pukul 12.30, acara dibuka dengan penampilan dari Oemay and No rules Quartet yang digelar di stage 3 yang berada di teras penginapan. Para pengunjung yang belum terlalu banyak ini mulai berkumpul untuk menikmati sajian pembuka ini. Dengan dibekali matras saat mereka masuk, para pengunjung tanpa segan duduk dirumput mengelilingi panggung, tanpa mempedulikan panas matahari siang ini. Bahkan Bang Idang Rasjidi, master jazz negeri ini, yang juga selaku penggagas acara Bogor Jazz Reunion ini tanpa sungkan ikut duduk dirumput, berbaur dengan pengunjung yang lain.
Setelah penampilan Oemay and No Rules, para pengunjung langsung digebrak dengan penampilan Endah n Rhesa di stage 2. Semakin banyak para penonton mendekat kearah panggung. Pasangan suami istri ini habis-habisan menghibur para penonton. Seakan menjadikan panggung sebagai tempat mereka berekspresi sekaligus menjadi tempat bermain bagi mereka. Tidak habisnya mereka berinteraksi satu sama lain, juga dengan penonton. Dan di akhir penampilannya, mereka menyampaikan pesan-pesan tentang kepedulian pada alam.
Selain dari para musisi jazz, BJR 2015 kali ini juga menghadirkan acara Tutur Tanah Air. Merupakan acara dongeng, dan kali ini mengangkat tentang kebun raya itu sendiri. Kang Endang yang juga merupakan Kepala Rumah Tangga Istana Bogor hadir sebagai pembicara didampingi Bang Idang Rasjidi serta Eddy MT sebagai moderator. Di acara itu disampaikan mengenai asal usul kebun raya, yang ternyata sebelum Belanda serta Inggris membuat kebun ini, jauh sebelumnya, Raja Padjajaran, Prabu Siliwangi sudah menggagas dibuatnya sebuah hutan dengan tujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan serta sebagai tempat memelihara benih kayu yang langka. Hutan itu dinamakan Hutan Samida. Juga beberapa informasi mengenai asal-usul nama tempat yang ada di Bogor.
Setelah itu, kembali di stage 2 tampil anak-anak muda dengan bakat dan penampilan yang luar biasa dalam membawakan lagu-lagu jazz, Fakhry and friends membuat suasana kembali pecah dengan musik yang mereka bawakan. Namun sayang, mungkin baru sekitar 2 lagu mereka bawakan, hujan turun. Terpaksa mereka harus menghentikan penampilan mereka. Hujan turun cukup lebat, dan para pengunjung mulai mengeluarkan jas hujan yang juga dibekali oleh penyelenggara. Namun hujan yang turun dengan lebatnya ini tidak membuat para pengunjung meninggalkan tempat, akhirnya pukul 17.00, ditengah hujan yang masih turun, di stage 3, Tritone menghibur para penonton. Dalam kondisi hujan, para penonton tanpa segan mendekat kearah panggung, menikmati musik yang disajikan.
Dan akhirnya hujan pun reda. Kemudian berturut-turut hadir Kenduri feat Amelia Ong serta kehadiran Indro Hardjodikoro & The Fingers, menambah semarak suasana sore Kebun Raya Bogor yang sangat sejuk setelah disiram hujan tadi.Tanpa mempedulikan basahnya rumput, para penonton kembali duduk, mencari tempat terbaik untuk menyaksikan sajian musik sore ini.
Setelahnya hadir Lantun Orchestra, menghibur para penonton dengan lagu-lagu betawi tempo dulu. Komunikasi dengan penonton sangat terasa mereka hadirkan, bahkan sempat sang penari yang ditampilkan grup ini menarik salah satu penonton untuk menari bersama diatas panggung. Tak ketinggalan, Tata sang vokalis juga berinteraksi dengan penonton dengan gaya yang menghibur. Lantun hadir dengan nuansa yang sedikit berbeda dibandingkan yang lain.
Lalu hadir Sierra Soetedjo di stage 3. Penonton semakin banyak, semakin mendekat kearah panggung. Membawa suasana romantis di hari yang semakin malam ini, penonton hanyut dalam suasana hangat disela udara dingin yang dibawa oleh merdu serta lembutnya suara Sierra, yang juga sempat mengajak salah satu penonton untuk menyanyikan diatas panggung lagu yang sedang dia bawakan.
Dan kemudian di stage 2, Fariz RM kembali hadir di panggung hiburan setelah cukup lama menghilang. Dibelakang keyboard seperti halnya penampilannya di masa jayanya dulu, penonton dibawa pada suasana tahun 80 serta 90-an, Fariz membawakan hitsnya pada saat itu, seperti penari, Nada Kasih, serta tentu saja Barcelona. Para penonton ikut menyanyikan lagu yang dia bawakan. Fariz RM membuktikan pada Bogor, bahwa dia belum hilang, dia masih ada untuk menyemarakkan musik di negeri ini.
Selain itu pula, pada tahun ini, pada tahun ke-4 ini, pertama kalinya diadakan photo contest yang bertemakan Naturejazz Photo Contest. Dengan menggandeng photographer kawakan, Arbain Rambey, serta photographer profesioanal yang sudah malang melintang di bidang stage photography, Putra Djohan dan Idang Rasjidi sendiri sebagai perwakilan dari musisi. Para peserta diberi kebebasan untuk dapat mengambil setiap aksi panggung dari para musisi, namun tetap menempatkan diri juga sebagai penonton yang tidak mengganggu penonton lain. Bahkan bang Arbain serta Mas Djohan menyempatkan hadir pada saat acara, walaupun penilaian foto akan dilaksanakan secara online. Dan di lokasi, mereka menenteng kamera mereka, sepertinya gatal bila tidak ikut memotret. Cukup lama mereka asyik bergelut dengan kameranya dengan begitu serius. Dan tanggapan mereka sangat positif, mereka mengungkapkan kekaguman mereka pada event ini.
Masih belum hilang suasana 80 serta 90-an, Iga Mawarni hadir di stage 3. Suara berat dan lembutnya membawa penonton kembali berkumpul didepannya. Tidak sungkan Iga berkomunikasi dengan penonton, bahkan dia menceritakan, bahwa dia pernah begitu dekat dengan kota ini. Kira-kira sekitar 30 menit, Iga memuaskan dahaga para penggemarnya yang sudah lama tidak menyaksikannya hadir kembali di panggung hiburan.
Dan akhirnya menuju stage 1, Rieka Rooslan hadir bersama The Trobadours. Dengan energik Rieka membuat para penonton larut dalam semua lagu yang dia nyanyikan. Berulang-ulang Rieka menyatakan penonton BJR merupakan penonton yang paling hebat yang pernah dia saksikan. Dikasih hujan besar, tidak ada satupun yang meninggalkan lokasi. Dan ia pun menyatakan akan selalu mendukung acara ini dan selalu berharap dapat selalu tampil di ajang ini tahun-tahun mendatang. Setelah selesai, Bang Idang Rasjidi hadir diatas panggung, ditemani Rieka Rooslan, Bang Idang menyatakan kekagumannya pada para penonton yang telah menjaga kebersihan disekitar lokasi ini. Juga mengucapkan terima kasih pada pihak Kebun Raya Bogor, serta mengajak para penonton untuk sering datang ke tempat ini. Bagi Bang Idang Kebun Raya merupakan tempat yang luar biasa untuk dapat dikunjungi.
Tidak lama berselang Idang Rasjidi hadir bersama para pemainnya, sebelum bermain beliau menyampaikan kekagumannya pada para penonton yang hadir, yang dapat menjaga kebersihan lingkungan disini. Beliau juga menyampaikan hujan yang turun bukanlah suatu musibah bagi acara ini. Dan tidak pada tempatnya bila acara ini menolak datangnya hujan, sementara semua warga negara ini berharap hujan turun. Idang Rajidi pun mengajak sahabat lamanya asal negeri Jiran Malaysia, pemain saxophone yang juga produser musik dibalik suksesnya Sheila Madjid serta Siti Nur Halisa, Azmi Hairudin, yang sudah bermain musik bersamanya selama 30 tahun lebih. Juga ditemani putranya sendiri sebagai pemain drum, Shaku Rasjidi. Bang Idang benar benar menghibur penonton yang haus akan musik jazz berkualitas. Membawa dua orang vokalis, Tata serta penyanyi soprano, Sastrani yang tampil bergantian, Bang Idang habis-habisan menghibur penonton, seakan ingin memberikan sajian penutup yang tak terlupakan bagi para penonton. Tak hentinya penonton bertepuk tangan memberi applaus. Hingga hampir mendekati tengah malam, acara akhirnya berakhir.
Bogor Jazz Reunion tahun ini telah membuktikan, bahwa pagelaran musik pun bisa dibawa masuk ke dalam Kebun Raya Bogor, tanpa merusak alam yang ada disana. Bahkan irama alam yang dikeluarkan oleh Kebun Raya sendiri, terutama suara dedaunan serta suara binatang malam, berpadu indah dengan alunan musik yang ada. Serta menunjukkan, dengan konsep kesederhanaan, baik dari tata panggung, tata cahaya, maupun tiada batasnya antara para penonton dengan artis yang tampil, sebuah pagelaran musik pun dapat diselenggarakan dengan sangat indah. Ya..keagungan yang muncul dibalutkan suasana kesederhanaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar