Rabu, 03 Juni 2015

Situs Batu Dakon

Melihat saya cukup puas berkeliling di area Prasasti Ciaruteun, Pak Gandi mengajak saya untuk menuju tempat yang lain. Sambil berbincang sepanjang jalan dan bertegur sapa dengan masyarakat sekitar, dalam jarak yang tidak jauh, kami akhirnya sampai di lokasi ini. Kembali menyeberang jalan, kemudian masuk dalam gang yang cukup padat penduduk, berjarak mungkin hanya sekitar 30 m dari pinggir jalan, akhirnya kami sampai pada suatu
cungkup berukuran 6 m x 7 m, tempat dimana situs ini berteduh.

Dan benar seperti yang dituturkan oleh Pak Gandi, situs ini bercirikan kebudayaan megalitikum, kebudayaan yang berasal dari jaman yang lebih panjang lagi. Lebih tua dari dua prasasti yang saya datangi sebelumnya. Tanpa ada tulisan apapun, terdapat 5 buah batu yang berada dalam satu lokasi. Tiga buah batu berbentuk menhir kecil berdiri tanpa ada "hiasan" apapun, sementara dua batu lainnya  terdapat lubang-lubang beraneka ukuran. Batu yang satu tampak dibuat lebih kasar, sementara yang lain tampak berasal dari batu hitam yang mempunyai tekstur lebih halus. Lubang-lubang yang ada berkisar antara 8-10 lubang. Dan cocok dengan penamaannya, batu dakon atau congklak, sejenis permainan anak-anak yang mempunyai lubang-lubang yang diisi oleh kerang.

Menurut Pak Gandi, Situs Batu Dakon ini merupakan peninggalan kebudayaan jaman prasejarah dengan ciri tanpa ada tulisan apapun diatas batu,yang keberadaannya jauh sebelum pengaruh kebudayaan Hindu masuk ke wilayah nusantara ini. Sementara lobang-lobang diatas batu dipercaya sebagai tempat meletakkan sesajian, sekaligus juga sebagai sistem penanggalan kuno yang dikenal dengan nama kolonjer, yang keberadaannya saat ini masih ditemukan pada masyarakat Baduy di Banten.

Sepertinya hari ini memang saya sediakan menjadi hari terpana bagi saya. Setelah menyaksikan sendiri peninggalan kebesaran jaman Tarumanagara, situs ini seperti kembali melemparkan saya pada masa yang lebih tua lagi. Tempat ini, kampung Ciaruteun ilir ini sudah ada sejak masa yang menjadi tidak terbatas rentang waktunya. Masa yang begitu panjang. Masa yang mungkin berumur seiring dengan umur kebudayaan di bumi itu sendiri.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar