Minggu, 22 November 2015

Museum Etnobotani Indonesia

Bagi saya, diantara semua museum yang ada di Bogor, museum inilah yang memiliki kelayakan sebagai museum dari segi bangunan serta layout di dalamnya. Akan tetapi, sekaligus juga menjadi museum yang paling banyak tidak diketahui keberadaannya, meski oleh warga Bogor sendiri. Berdiri tegak di jalan Ir.H juanda 24, berada di jalan utama kota ini, yang letaknya berada persis didepan salah satu pintu Istana Bogor, museum ini kerap kali sepi dari pengunjung. Untuk mereka, terutama bagi yang masih duduk dibangku sekolah, tempat ini merupakan gudang ilmu yang sangat bermanfaat.


Digagas oleh ketua Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia, atau dikenal sebagai LIPI saat ini, Prof Sarwono Prawirohardjo pada tahun 1962, museum ini kemudian baru diresmikan oleh mantan Presiden RI Prof BJ Habibie tanggal 18 Mei 1982 yang saat itu menjabat sebagai menteri Riset dan tekhnologi, bersamaan dengan ulang tahun Kebun Raya Bogor ke-165. Pada awalnya museum ini menempati gedung yang sama dengan kantor dari Herbarium Bogoriense, namun sejak diresmikan oleh Presiden RI saat itu Susilo Bambang Yudhoyono, kantor tersebut pindah ke daerah Cibinong, sehingga gedung ini otomatis saat ini hanya dihuni oleh Museum Etnobotani. Dan menurut informasi yang saya terima, sekarang sedang disiapkan, gedung berlantai 4 ini akan seluruhnya dijadikan sebagai museum. Tentunya bila itu terlaksana, museum ini akan menjadi museum terbesar di kota ini. Sementara Herbarium Bogoriense sendiri merupakan herbarium terlengkap dan tertua dikawasan Asia Tenggara, dan menempati urutan no 3 didunia setelah Leiden-Belanda dan Kew-Inggris.

Istilah Etnobotani sendiri diperkenalkan oleh seorang antropolog asal Amerika, yaitu Harsberger pada tahun 1895, yang merupakan cabang dari ilmu tumbuhan yang mempelajari hubungan antara suku-suku asli dengan tumbuhan yang hidup di lingkungan sekitar tempat mereka tinggal. Berbagai alat yang dekat dengan kehidupan sehari-hari terpajang disana, dari mulai topi, pakaian, alat musik, alat dapur, permainan anak-anak serta lain sebagainya yang semuanya berasal dari alam dipamerkan disana. Di museum ini kita akan dibuat makin menyadari betapa tingginya budaya para leluhur yang mampu memanfaatkan setiap bagian dari tumbuhan yang kemudian mereka buat untuk alat-alat yang mereka gunakan sehari-hari.
Dari segi penataan ruang pamer pun, kita diajak menyusuri lorong-lorong mseum dengan sangat teratur. Ketersediaan lampu pada setiap diorama pun menambah kelayakan bagi tempat ini untuk dikunjungi. 

Memang museum ini bukan seperti museum-museum lain yang menampilkan berbagai benda bersejarah yang mempunyai kisah yang luar biasa. Namun dari museum ini, kita diajak untuk lebih menghargai alam disekitar kita, seperti halnya diperlihatkan oleh nenek moyang kita tentang arti hidup berdampingan dengan alam. Memang agak sulit bagi museum ini mengharapkan kunjungan pribadi dari masyarakat, namun saya sih masih berharap, sekolah-sekolah mau mengajak para muridnya untuk datang berkunjung ke tempat ini, sekedar memindahkan kelas belajar ke suasana yang lain, atau berangkat dari keluarga untuk memperkenalkan anak-anaknya untuk bisa lebih menghargai kekayaan alam yng dimiliki oleh negara ini. 









































Tidak ada komentar:

Posting Komentar