Bagi orang Bogor yang sudah lama meninggalkan kota ini, mungkin akan sedikit tidak percaya bila dikatakan bahwa Bogor sekarang memiliki underpass untuk penyeberangan pejalan kaki. Karena memang jaman saya sekolah dulu, jangankan jembatan penyeberangan, lampu merahpun bisa dihitung yang ada di kota ini. Namun dengan perkembangan penduduk serta jumlah kendaraan, kondisi lalu lintas Bogor sudah jauh berbeda dengan dahulu. Entah apa jadinya jalan Suryakencana kalau
saat ini masih seperti dulu yang bisa dilalui kendaraan dari kedua arah. Sementara dengan dijadikan satu arah saja macetnya sudah membuat kaki pegal.
Sejalan dengan itu, pemerintah kota Bogor bekerja sama dengan IPB dan LIPI membuat underpass bagi penyeberang jalan. Awal mulanya bermaksud untuk memudahkan para pengunjung Kebun Raya untuk memarkirkan kendaraannya di areal pool damri sekarang, dan kemudian berjalan kaki menuju kebun raya melalui underpass ini dan masuk melalui pintu 4 kebun raya yang terletak persis didepan kampus IPB. Saya sendiri tidak ingat kapan underpass ini selesai, namun sebelum diaktifkan kurang lebih setahun lebih kebelakang, keberadaan underpass ini seakan tidak jelas keberadaannya. Pernah saya iseng dulu menengok kesana, dan kondisinya cukup mengenaskan, kalau tidak mau dikatakan mengerikan. Tangga menuju bawah bahkan tidak terlihat berujung dimana karena gelapnya kondisi underpass. Aroma menyengat, pesing tepatnya langsung menyerbu kedalam indera penciuman. Siapa yang mau menggunakan sarana ini, pikir saya. Belum lagi pikiran akan ada tindak kriminalitas didalamnya. Nyali saya saat itu menciut, dan urung untuk masuk. Dan lalu saya dengar kabar underpass itu akhirnya dikunci, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, entah apa itu.
Dan akhirnya, beberapa waktu kebelakang ini, pemerintah Kota Bogor akhirnya seperti menyulap tempat itu. Underpass kembali dibuka, lengkap dengan penjagaan dari satuan pamong praja kota, dan kabarnya tidak dibuka 24 jam, pada malam hari ditutup. Selain dari itu, pada saat-saat tertentu, lorong didalamnya digunakan sebagai galeri untuk memamerkan hasil karya bagi para seniman Bogor. Entah berupa lukisan, patung, puisi, foto dan lain sebagainya.
Dan disana terdapat pula para seniman jalanan kota Bogor yang menggelar kemampuan bermusik mereka, lengkap dengan alat pengeras suara, bahkan terkadang dicampur dengan alat musik tradisional seperti seruling, karinding, celempung dll, sambil tentunya berharap sumbangan dari para penyeberang yang menggunakan sarana ini.
Butuh waktu yang mungkin tidak sebentar untuk menyadarkan para pejalan kaki untuk menggunakan underpass ini. Membutuhkan tenaga lebih memang untuk menyeberang, terutama mereka yang hendak menyeberang dari pertokoan Botani Square. Masih banyak yang langsung saja menyeberang di lampu merah tugu kujang, yang acap kali menyebabkan kemacetan disana, ditambah angkutan kota yang berhenti tepat dibelokan, menantikan mereka yang berjalan menyeberang. Dimana ada demand, disitulah ada supply, yang sayangnya keduanya merugikan pihak lain.
Sangat membanggakan bagi saya selaku orang Bogor, setelah memiliki underpass dan flyover bagi kendaraan bermotor yang mengapit rel kereta api, kini Bogorpun memiliki underpass bagi pejalan kaki. Setidaknya dengan sedang dibangunnya sarana bagi pejalan kaki diseputaran kebun raya, budaya jalan kaki bagi warga Bogor sudah bisa dimulai. hhmmmm..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar