Rabu, 24 Februari 2016

Pesta Rakyat Bogor, Cap Go Meh 2016

Senin 22 Februari 2016, Bogor kembali menggeliat. Di pusat nadi perdagangan kota ini, tepatnya berada di ujung jalan Suryakencana, yang dulunya merupakan salah satu ruas jalan dari Jalan Pos Daendels, kembali diadakan Pesta Rakyat Bogor, Cap Go Meh 2016.

Sejak masa kolonial, perarakan ini dipercaya sudah diadakan, dan dulunya terbatas hanya untuk komunitas Tionghoa, dan selalu dilakukan dihadapan pejabat di depan Istana Bogor, baru kemudian dilakukan
perarakan ke jalan. Yang kemudian pesta ini meredup sejak jaman orde baru. Dan sejak jaman Presiden Abdulrrahman Wahid, Cap Go Meh ini diadakan kembali bahkan dengan bentuk yang semakin bervariasi dengan merangkul banyak komunitas di Bogor dan sekitarnya

Cap Go Meh sendiri merupakan hari ke-15 atau merupakan hari terakhir perayaan tahun baru Imlek.  Berasal dari dialek Hokkien, cap (sepuluh), go (lima) dan meh (malam) yang memiliki arti harafiah adalah hari kelima belas dari bulan pertama.

Dan tahun ini, pesta ini kembali menjadi kemeriahan bersama. Berawal dari Wihara Dhanagun atau dulunya dikenal dengan nama Hok Tek Bio, tumplek blek warga Bogor memenuhi ruas Jalan Suryakencana hingga Jalan Siliwangi, yang ditutup mulai pukul 13.00. Hampir semua toko di ruas jalan itu juga ikut menutup tokonya lebih awal untuk ikut serta menyaksikan kemeriahan yang akan melewati depan mereka. Bukan hanya barongsai, liong ataupun joli (tandu yang berisi patung dewa kelenteng yang dihias rangkaian bunga) saja yang melintas, tapi ada juga berbagai kesenian daerah, pasukan baris berbaris, marching band, konvoi mobil shio, serta polisi berkuda.

Kirab diikuti sekitar 10,000 peserta ini bukan hanya dari Bogor saja, tapi juga ada dari berbagai daerah disekitar Bogor seperti Tangerang, Jakarta, Sukabumi serta Cianjur. Hampir tdak ada batas antara para penonton acara kirab dengan peserta kirab. Tidak jarang para penonton memanfatkan untuk berfoto bersama dengan peserta kirab, saat iring-iringan harus terhenti. Hujan yang sempat mengguyur Bogor pun tidak membuat acara ini terhenti. Tanpa mempedulikan kondisi tubuh yang basah kuyup, para penonton tetap diam ditempat, setia menyaksikan kemeriahan, terlebih bagi peserta kirab, dengan resiko kostum yang semakin berat karena hujan serta lunturnya make up, hujan ini diterima sebagai resiko dalam kemeriahan pesta rakyat ini.

Kawasan Jalan Suryakencana ini memang sudah bukan lagi menjadi kawasan ekslusif pecinan, tapi sudah menjadi kawasan bersama. Pesta rakyat tahun ini semakin menegaskan hal itu, rakyat Bogor berbaur menjadi satu. Seperti yang dikatakan oleh Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto, Cap Go Meh ini berbicara mengenai 3 hal yaitu kebudayaan, keberkahan serta kebersamaan. Hendaknya acara ini tetap akan berjalan seiring waktu berlalu, menjadi wajah serta ciri khas Bogor dalam menjaga kelestarian budaya, membawa keberkahan bagi setiap warga Bogor, dan menunjukkan kebersamaan Bogor dalam menyingkapi segala perbedaan yang ada.

Bogor saya memang istimewa. (matabogor-agustinus dandi)































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar