
Pertama kali datang ke tempat ini, karena ajakan ayah yang mungkin saat itu belum terlalu meninggalkan bekas apapun bagi saya. Apalah arti batu nisan bagi seorang anak kecil saat itu. Tapi seiring berjalannya waktu, keberadaan makam itu mengusik hati ini. Karena rasa penasaran yang begitu besar, terutama tentang pertanyaan yang muncul dihati, kenapa tokoh sebesar beliau sampai dimakamkan di kota ini. Akhirnya saya langkahkan kaki kesana.



Yang akhirnya 7 September 1953, Presiden Soekarno memerintahkan sahabatnya, seorang arsitek yang bermukim di Bogor F Silaban yang juga membangun masjid Istiqlal untuk merenovasi tempat ini. (Jejak F Silaban suatu saat nanti akan saya cari di kota ini).
Asal mula mengapa Raden Saleh sampai dimakamkan di Bogor, karena beliau tutup usia di kota ini, di rumah tinggalnya yang sekarang menjadi Direktorat Jenderal Pajak Kota Bogor yang letaknya berada disebelah pertokoan Bogor Trade Mall saat ini, tidak jauh letaknya dari tempat dimana beliau dimakamkan. Didepan dinding sebagai monumen pemugaran makam ini, terdapat dua makam, dimana makam Raden Saleh berdampingan dengan istri keduanya yaitu Raden Ayu
Danurejo. Adapun istri pertama beliau adalah seorang perempuan keturunan Belanda yaitu Constancia Winkelhagen, yang saat itu beliau mendiami rumah di daerah Cikini, yang sekarang menjadi Rumah Sakit Cikini. Adapun Taman Ismail Marzuki dahulunya merupakan kebun binatang milik beliau. Besar kemungkinan setelah bercerai kemudian Raden Saleh menetap di Bogor.Dan rasa penasaran saya terhadap hubungan antara Raden Saleh dan Bogor sedikit terkuak, karena diawal karirnya sebagai seorang pelukis, ternyata di Bogorlah Raden Saleh mendalami seni lukis untuk pertama kalinya. Berbekal kedekatan beliau dengan Prof Caspar Reinwardt yang juga pendiri Kebun Raya Bogor, Raden Saleh dititipkan untuk mempelajari seni lukis pada seorang pelukis Belgia AAJ Payen yang kemudian menjadi mentornya, sebelum akhirnya Raden Saleh pergi mengembara ke negeri Eropa hampir selama 20 tahun.

"Pada hari Minggoe tanggal 25 April djam 6 pagi maitnja Raden Saleh diiringi oleh banyak toean-toean ambtenaar, kandjeng toean Assistant, toean Boetmy dan lain-lain toean tanah, hadji-hadji, satoe koempoelan baris bangsa Islam, baik jang ada pangkat jang tiada berpangkat dan orang Djawa, sampe anak-anak Djawa dari Landbouwschool semoea anter itoe mait ke koeboer. Penghoeloe-penghoeloe, kiai-kiai dan orang-orang alim soedah djoega ikoet anter. Itoe orang-orang Selam dan Djawa dan apa lagi itoe jang alim-alim soedah njanji sepandjang djalan dengan soeara jang sedih; "AwIIoh hoema salim, Awlloh sajidina Moehammad Rasoeloellah."
Saat ini di belakang areal makam Raden Saleh terdapat sekitar 14 makam, tempat pemakaman pemilik tanah ini, dan pak Isun ini merupakan keturunannya. Beliau menyampaikan, Bung Karno sendiri memerintahkan pada Adung Wiriatmadja untuk menjaga makam ini baik-baik. Berdasarkan pesan itu, keturunan Bapak Adung pun menruskan menjaga keberadaan makam ini, yang kemudian akhirnya dilakukan pemugaran kedua yang dibiayai oleh Galeri Nasional Indonesia pada tahun 2006, sekaligus didirikan saung budaya disana sebagai fasilitas publik.
Keberadaan makam seorang yang memiliki peran sangat besar bagi negara ini menjadi salah satu daya tarik bagi Kota Bogor. Sangat layak tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata yang sangat menarik. Terutama bagi para pelajar dan penikmat sejarah. Tapi hendaknya pemerintah kota pun bisa menyiapkan sarana yang layak bagi tempat ini, seandainya suatu saat nanti tempat ini bisa memancarkan pesona bagi mereka yang haus akan informasi sejarah. Tidak terbayangkan bagi saya seandainya puluhan bis dan kendaraan parkir berjajar disekitar jalan Pahlawan ini. Tentunya menjadi pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi para pengatur lalu lintas.(matabogor/agustinus dandi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar