Sabtu, 23 Mei 2015

Taman Makam Pahlawan Dreded

Mungkin ini bukanlah kunjungan yang populer bagi sebagian orang, tapi setelah menemukan makam tentara Jerman saya putuskan untuk mendatangi tempat ini. Inipun taman makam tentara, karena hampir semua bahkan mungkin semua yang dimakamkan disini adalah para tentara. Namun kita lebih akrab dengan istilah taman makam pahlawan. Mereka yang mempunyai bintang gerilya, bintang sakti ataupun yang gugur pada saat perang kemerdekaan dimakamkan ditempat ini.

Sekali lagi Bogor menunjukkan eksistensinya, dengan keberadaan tempat ini, hampir dipastikan bahwa dulunya kota ini pernah menjadi medan pertempuran. Karena sebagian besar yang dimakamkan disini adalah mereka yang gugur pada saat perang kemerdekaan selain mereka-mereka yang memenuhi syarat untuk bergelar pahlawan yang kemudian wafat diusia tua mereka.

Bertempat di jalan Pahlawan Bogor yang merupakan sambungan dari jalan Batutulis, keberadaan lokasi ini sebenarnya sangatlah mencolok mata. Buat yang pernah berekreasi di Jungle, hampir selalu melewati lokasi ini. Namun memang di halaman parkirnya dari mulai pagi sampai bertemu pagi lagi selalu dipenuhi oleh para penjaja buah-buahan serta makanan. Gerbang depan senantiasa tampak terkunci bila memang tidak ada acara khusus, namun kita bisa berjalan kearah samping kanan area ini, disana ada semacam rumah atau kantor pengelola taman makam pahlawan. Dari sanalah saya langkahkan kaki masuk. Pemandangan indah berlatar belakang Gunung Salak segera menyambut kedatangan kita dalam keheningan. Bahkan kegaduhan beberapa anak yang sedang bermain, memanfaatkan lahan yang begitu luas pun seakan teredam oleh suasana ditempat ini. Terpampang dihadapan kita semacam dinding peringatan berwarna putih dengan garuda bertengger diatasnya. Sementara batu hitam berada ditengahnya. Batu itu bertuliskan "Kami tjuma tulang2 berserakan tapi adalah kepunjaanmu..kaulah jang sekarang tentukan nilai tulang2 berserakan....kenang..kenanglah pengorbanan kami" makna yang sangat dalam pikir saya. Dan disamping kiri dan kanannya terdapat dinding putih dan diatas plat besi dituliskan nama mereka yang dimakamkan di tempat ini.

Saya langkahkan kaki semakin dalam, dan jejeran makam khas taman makam pahlawan terhampar didepan saya. Saya agak heran dengan ketidakseragaman kondisi nisan maupun asesories yang ada. Ada yang masih sangat terpelihara, namun juga ada yang sudah tidak terawat bila tidak mau dikatakan sudah rusak. Apakah ada perlakuan pemeliharaan makam disini kah? Atau tergantung berapa sering makam mereka dikunjungi oleh keluarga mereka ? Juga dalam hal asesories yang ada. Ada yang ditanami pohon kecil, ada yang meletakkan kendi, juga ada yang meletakkan helm tentara disana, bahkan ada juga yang tidak dipasangi apa-apa. Mengapa tidak diseragamkan semua ?

Area pemakaman sangat luas sampai kebelakang, berbatasan langsung dengan taman makam bahagia, yang juga tempat pemakaman bagi tentara yang tidak memenuhi syarat untuk masuk dalam kategori "pahlawan". Tidak ada pembedaan pada pangkat maupun jabatan disini, mungkin hanya lebih pada tahun meninggalnya yang kemudian dikelompokkan. Yang menjadi pembedaan hanyalah masalah agama antara muslim dan non muslim, dari bentuk batu nisannya.
Setelah berkeliling beberapa saat, banyak sekali nama mereka-mereka yang tidak dikenal. Dan melihat periode gugurnya, hampir semua berkisar pada saat perang mempertahankan kemerdekaan. Dan akhirnya, setelah bertanya pada seorang bapak yang sedang melakukan pembersihan makam, saya sampai pada makam seorang pahlawan Bogor yang hampir semua warga Bogor pernah mendengar namanya, Kapten Muslihat. Nama yang melegenda di kota ini, sampai namanya diabadikan menjadi nama salah satu jalan mulai dari pertigaan Ir H Juanda terus melewati stasiun Bogor sampai ke jembatan merah. Juga patung beliau didirikan dan diletakkan pada salah satu taman yang lebih dikenal dengan nama Taman Topi. Tubagus Muslihat, begitu namanya, keturunan ningrat dari Banten lahir di Pandeglang 26 Oktober 1926 ini sempat berkerja di Balai Penelitian Kehutanan (BOSBOW Proefstasiun) di Gunung Batu Bogor juga pernah menjadi seorang juru rawat di rumah sakit di Kedung Halang. Namun seiring dengan dibentuknya tentara oleh Jepang yaitu PETA, beliau ikut mendaftarkan diri dan sempat terpilih menjadi Shudanco (komandan peleton). Setelah Jepang menyerah kalah, Muslihat masuk kedalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang akhirnya Muslihat diangkat dengan pangkat kapten dan ditugaskan menjadi komandan kompi II Batalion II TKR. Oktober 1945 kondisi Bogor sangat mencekam dengan masuknya tentara Inggris dan Gurkha yang ditunggangi tentara NICA. Akhirnya 6 Desember 1945 seluruh rakyat Bogor mengadakan perlawanan dengan persenjataan ala kadarnya. Pada tanggal 25 Desember 1945, Kapten Muslihat dan pasukannya menyerang tentara Inggris yang menduduki pos Polisi yang berada di jalan Banten yang sekarang menjadi Jalan Kapten Muslihat). Dalam penyerangan terbuka yang cukup memukul tentara Inggris itu, Kapten Muslihat terluka karena peluru yang bersarang di perutnya. Namun beliau tidak menyerah, entah berapa peluru yang sudah bersarang, sampai akhirnya sebuah peluru menerjang bagian pinggangnya, membuat Kapten Muslihat jatuh tersungkur. Jatuh tidak jauh dari lokasi patung beliau saat ini. Beliau sempat dibawa kerumahnya di daerah Panaragan, namun kondisi beliau tidak tertolong. Meninggalkan seorang istri dalam keadaan hamil tua, beliau sempat mengatakan pesan terakhirnya, untuk memberikan seluruh tabungannya pada fakir miskin, serta pesan untuk tetap berjuang sampai titik darah penghabisan, " urang pasti meunang, jeung Indonesia bakalan merdeka. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar !"
Meninggalnya Kapten Muslihat juga disaksikan oleh dr Marzoeki Mahdi yang sekarang namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit didaerah Cilendek.

Selain Kapten Muslihat, saya temukan juga nama Rd Oking Djaya Atmadja. Mayor Oking, mungkin itu lebih akrab ditelinga. Nama beliau pun diabadikan menjadi salah satu ruas jalan di kota ini, disamping Stasiun Bogor, ujungnya bertemu dengan Jalan Kapten Muslihat. Terlahir pada tahun 1918, mulai dikenal sejak menjabat Komandan Kompi Divisi Siliwangi yang menghalau masuknya pasukan Inggris ke Sukabumi. Beliau pun ikut serta dalam Long March Siliwangi saat harus hijrah ke Jogja. Pada saat sedang menumpas pasukan PKI Muso di Stasiun Balapan Solo, beliau tertembak dilengan kanannya, sehingga harus diamputasi. Beliau wafat dalam keadaan sakit pada tanggal 7 Oktober 1963.
Kemudian disana pula saya menemukan nama Tole Iskandar. Nama yang begitu melegenda di kalangan warga Depok, sehingga nama beliau dijadikan nama pada salah satu ruas utama disana. Gugur pada usia 25 tahun saat pertempuran melawan pasukan Inggris di Cikasintu Sukabumi. Namun satu hal yang saya agak sesali, saya tidak berhasil menemukan makam dari Margonda, seorang pahlawan kelahiran Bogor yang kemudian menjadi salah satu tokoh bagi daerah Depok. Karena memang beliau gugur pada tanggal 16 November 1945 di kalibata Depok. Awalnya beliau dimakamkan di depan Stasion Bogor, namun kemudian dipindahkan ke tempat ini.
Hampir setengah hari saya menghabiskan waktu ditempat ini. Banyak pelajaran bagi saya bisa berada ditempat ini. Dengan bermodalkan kopi, berbagai cerita bisa saya dapatkan dari Pak Arman, sebut saja demikian. Seorang bapak usia tengah baya yang menjadi petugas kebersihan dari tempat ini. Entah dari mana pengetahuan beliau tentang semua tokoh tadi, namun senyum dan tawa yang selalu dia sisipkan ditengah derasnya cerita yang keluar dari mulut sambil sesekali menyeka keringat yang membasahi kepalanya membawa suasana menjadi lebih menyenangkan. Terlebih saat dia mengatakan, bahwa dengan bekerja di tempat ini dia seperti diingatkan, bahwa siapapun kita, apapun pangkat kita, seberapa banyak harta kita, semuanya akan berakhir ditempat ini. Dengan rela dia membantu siapapun yang membutuhkan pertolongan ditempat ini. "Didieu, tentara mun maot, kajeun pangkat naon we, teu bisa milih arek dikubur dibeulah mana. Kabeh sama" (disini tentara yang meninggal, apapun pangkatnya, tidak bisa memilih dimakamkan disebelah mana. Semua sama). Hmmmm..selalu saja ada pelajaran yang bisa saya dapatkan setiap mendatangi lokasi di kota ini.




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar