Selasa, 28 April 2015

Moseleum Van Motman

Lokasi yang satu ini juga berada di tempat yang tidak diduga. Bila tidak ada informasi yang kita dengar, tempat inipun akan luput dari perhatian khalayak ramai, walau lokasinya tidak terlalu jauh dari jalan besar yang senantiasa padat dipenuhi kendaraan yang lalu lalang.

Berlokasi di Kampung Pilar, Desa Cibanteng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor, bangunan yang akan membuat mata kita terbelalak ini masih berdiri kokoh ditengah-
tengah himpitan kemajuan zaman yang begitu cepatnya berlari meninggalkan kejayaan masa lampau yang terkadang sudah tidak digubris lagi keberadaannya.

Gedung berwarna putih yang saat ini terlihat kusam dan memberikan nuansa seram ini dibangun oleh Pieter Reinier Van Motman, keturunan dari Gerrit Willem Casmir Van Motman yang merupakan Van Motman pertama yang datang ke nusantara pada saat usia masih sangat belia. Karena kerja kerasnya, Van Motman muda berhasil menjadi tuan tanah pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels berkuasa. Tanah yang dikuasainya meliputi Dramaga hingga Jasinga mengusahakan kopi dan tebu sebagai komoditinya, yang saat itu menjadi komoditi yang sangat mahal.

Hingga pada tahun 1811, lahan ini mulai digunakan sebagai areal pemakaman bagi keluarga Van Motman, berawal dari putrinya yang bernama Maria Henrietta Van Motman. Dari 12 putra putri Gerrit, konon ada 8 dari mereka yang dimakamkan disini, dan hampir semuanya meninggal dalam usia muda. Selanjutnya kompleks astana ini menjadi tempat pemakaman bagi orang Belanda dan mayoritas merupakan kerabat dari keluarga Van Motman. Sementara bangunan Moseleum berbentuk salib dan memiliki sebuah kubah dibagian atasnya yang mengadopsi dari arsitektur Gereja Santo Petrus di Roma ini didirikan oleh cucu  Gerrit Willem, yaitu Pieter Reinier Van Motman.
Konon dahulunya jenasah diletakkan di dalam bangunan di dalam peti kayu dan ditutup kaca, dan melihat dari struktur bangunannya kemungkinan terdapat 4 mumi didalam bangunan dan sisanya berada di areal halaman, yang awalnya berada di tanah seluas 3300 meter persegi.

Mengikuti jejak keluarga besar ini sangatlah menarik, keluarga ini banyak sekali meninggalkan jejak di negara ini, bahkan ditemukan 4 orang dari keluarga Van Motman yang dimakamkan di taman prasasi Tanah Abang Jakarta.

Saat ini, kondisi disana cukup memprihatinkan, dengan banyaknya tumbuhan liar yang memenuhi areal yang tinggal seluas 600 meter persegi ini. Dan dibangunan seluas kira-kira 40 meter persegi ini tidak lepas dari aksi vandalisme dan pencurian. Pilar-pilar yang dahulunya berdiri anggun dengan batu pualam bertuliskan nama-nama mereka yang dimakamkan disanapun telah lenyap. Saat ini tinggal terdapat 12 pilar dengan kondisi sekedar untuk bertahan berdiri. Lumut dan tumbuhan merambat menjadi teman akrab mereka disana, seakan dibiarkan saja menunggu kapan waktunya roboh. Padahal, mungkin banyak yang tidak mengetahui, drai pilar-pilar yang ada inilah asal nama Kampung Pilar dimulai.

Walaupun sudah ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya, namun tempat ini masih membutuhkan sentuhan lebih agar bisa menjadi salah satu destinasi wisata yang sangat menarik. Tempat ini tetap terdiam membisu, dengan tetap menyimpan beribu cerita yang sebenarnya sangat layak untuk didengar khalayak ramai. Sementara ini memang kita harus tetap membiarkannya terdiam membisu dalam keheningan serta berharap mereka masih bisa berdiri tegak untuk suatu saat akan muncul dipermukaan, memperlihatkan wajah mereka yang sesungguhnya.

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar