mungkin
hampir 6 tahun saya melihat sosok dirinya, sering saya hentikan motor saat itu
untuk memperhatikannya bekerja di pertigaan jambu 2 saat itu..senyum tak
pernah lepas dari mulutnya..lambaian tangan..acungan jempol..bahkan terkadang
dia rapatkan kedua tangan, seakan menyembah, meminta pengertian para pengendara
untuk dapat saling mengalah..tidak pernah sedikitpun tampak kekesalan dari
wajahnya, bila ada pengendara yang tidak memberikan imbalan atas apa yang dia
lakukan..senyum tetap dia berikan...bila ada sedikit
rejeki untuknya, bukan hanya senyuman atau ucapan terima kasih yang dia ucapkan..terkadang dia selipkan kata2.."hati2 dijalan".."sukses selalu".."terima kasih bos..semoga dibalas Allah".."salam untuk keluarga"...itu semua yang pernah aku dengar dan alami...satu kata saat itu keluar untuknya...luar biasa..
rejeki untuknya, bukan hanya senyuman atau ucapan terima kasih yang dia ucapkan..terkadang dia selipkan kata2.."hati2 dijalan".."sukses selalu".."terima kasih bos..semoga dibalas Allah".."salam untuk keluarga"...itu semua yang pernah aku dengar dan alami...satu kata saat itu keluar untuknya...luar biasa..
di pertigaan hotel salak, bagi warga bogor tentu mengenal dengan
baik lokasi ini..saya bisa lebih leluasa memperhatikan dirinya, terkadang saya
bawa kamera untuk dapat mengcapture "aksi panggungnya" ..di lokasi itulah saya mulai berkenalan dengannya...
di situ saya baru tau Mahfudz namanya..dan pada suatu saat, saya
beranikan diri untuk ngobrol dengan dirinya..keinginan berbincang saat itu di
lokasi setelah dia bekerja, dengan halus ditolaknya, dia beralasan harus pulang
untuk membantu istrinya yang buka warung dirumah...dan dia memberikan alamat
rumahnya dengan suka rela dan tetap penuh senyum pada saya...semakin penasaran
saya pada sosok yang satu ini...
sore itu..setelah sekitar 6 tahunan dihinggapi rasa penasaran,
saya tegarkan langkah untuk datang kerumahnya, didaerah ciluar, lokasi yang
cukup jauh dari tempat ia bekerja..
obrolan mengalir tanpa halangan sama sekali...lancar dia
kisahkan kehidupannya..
Mahfudz namanya..petugas pengatur jalan profesinya...atau polisi
cepe istilah kita..
berawal dari kesulitan hidup, mahfudz kecil memutuskan untuk
berhenti sekolah sejak kelas 5 sd,dan membantu orang tuanya dengan menjadi kuli
panggul dan jualan kantong plastik di pasar ramayana sebelum jadi BTM sekarang.
Malam harinya dia kumpulkan sayur2 yang terbuang untuk dijual kembali atau
untuk kebutuhan rumahnya..bertahun2 dia jalankan profesi ini..
rasa penasaran terhadap seragam yang dia kenakan...dia jawab
dengan tawa lepas dari mulutnya..semua itu ternyata saran dari seorang anggota
polisi yang melihat performa yang dia perlihatkan selama di jalan yang
membuahkan 2 penghargaan dari polwil bogor..dengan alasan dari sang polisi
supaya bila ada razia preman dia tidak kena..karena memang pengatur2 lalu
lintas ilegal ini senantiasa lekat dengan premanisme..
Sempat dia untuk berusaha di bidang lain tapi senantiasa gagal,
dan karena dorongan dari Ayati, istri tercintanya yang dinikahkan sejak tahun
1996, dia tetap tegar untuk menghadapi segala kesulitan yang ada, dan tetap
bersetia terhadap profesi yang ada sekarang..
Setelah puas dengan rumah milik sendiri,tanah warisan almarhum
orang tuanya, dia bangun sedikit demi dari hasil keringatnya dijalan, saat ini
penghasilan yang dia dapatkan untuk biaya sekolah anak2nya,membayar biaya
listrik supaya malam hari anak2nya bias belajar,selain juga untuk menambah
modal warung..
Ayah dari Ilham Maulana,Ridho Fahmi,Izul Hakim,dan Irlan Mazrur
ini punya prinsip..ga mau menyusahkan orang lain, dia cari uang bukan cari
ribut, makanya setiap dia pindah lokasi yang dirasanya kosong, dia selalu minta
ijin dulu pada polisi setempat..dan dia bekerja semata2 untuk
keluarganya..untuk anak2nya,karena dia ga mau anak2nya mengalami nasib seperti
yang pernah dia alami..keluarganya yang membuat dia tegar serta semangat dalam
menjalankan pekerjaannya..banyak polisi atau orang2 yang bilang ke dia…katanya
ini contoh orang yang ga pernah susah, selalu tersenyum dan ketawa…dalam hati
dia bilang, orang2 ga tau apa yang dia rasakan..kesulitan dia..masalah2 hidupnya…tapi
dia berprinsip..di jalan dia harus berikan yang terbaik dari apa yang dia
punya..bahkan menurutnya, dia termasuk orang yang minder..pemalu…tapi entah
kenapa saat dijalan semuanya itu jadi berubah. Banyak tetangganya yang
kebetulan lewat dan melihat dia saat bekerja gak percaya kalau yang mereka
lihat itu adalah sosok Mahfudz yang mereka kenal dirumah…bahkan istrinya pun
tidak tahu seperti apa sang suami saat bekerja, dan saat saya tunjukkan
foto2nya saat bekerja, terucap dari bibir sang istri..” koq kamu bisa seperti
itu..??”
Keyakinan dan semangat besarnya untuk dapat merubah nasib
membawanya tetap setia pada apa yang ada didepannya, karena dia yakin Tuhan
tidak akan membiarkan mereka yang sudah berjuang dalam hidupnya..setidak2nya
seandaianya dia tidak punya waktu untuk merubah nasibnya..dia yakin anak2nya
akan sampai pada apa yang dia cita2kan..
Jadi selama kakinya masih kuat menopang tubuhnya..selama
kesehatan masih dimilikinya…selama itu dia akan tetap akan dijalan, tanpa
pamrih untuk dapat diangkat menjadi pegawai..senyuman akan tetap dia berikan
pada setiap pengguna jalan..
Mantaab Gaan.. :) *colino*
BalasHapus"...masih banyak orang butuh cari makan di tempat itu, cape-cape kejar dunia, yang dikejar selalu lari darinya, mending kumpul sama istri dan empat anaknya..." Kalimat itu seakan menampar saya...
BalasHapuskalau kita bekerja dengan cinta pasti akan terpancar di wajah kita dan orang-orang di sekitar kitapun turut merasakannya.. Semoga kita selalu terinspirasi oleh cerita Pak Mahfudz ini ya.. :)
BalasHapusIni dia salah satu dodok idola saya.. kebetulan kenal, banyak yg bisa saya ambil pelajaran dari beliau. salah satunya, sedikit syukuri, banyak yah bagi-bagi.. saluteeee :D
BalasHapus